Pak Tani

Sumber gambar: faperta.unsoed.ac.id


Pak Tani


Pak Tani, riwayatmu kini

Dimiskinkan oleh mereka yang berdasi

Dikalahkan oleh produk luar negeri

Modal dimahalkan, hasil dijatuhkan

Apa mungkin Indonesia kini bukan negeri agraria lagi?

Kemana lumbung padi kami?

Kesejahteraan semu

Keadilan palsu

Harapan angin lalu


Pak Tani, riwayatmu kini

Para generasi enggan mewarisi profesi

Ditinggalkan, terasingkan

Samar terdengar lagi "cita-citaku menjadi petani"


Pak Tani, riwayatmu kini

Sawahmu mengeras

Kringatmu terkuras

Padimu layu

Nasibmu tak menentu


Pak Tani, riwayatmu kini.....


Purbalingga, 29 Maret 2021

Continue reading Pak Tani

Salam Hangat Untuk Desaku dan Segala Kenangan Manis Pemanggil Rindu

Sumber gambar: unsplash.com


Teruntuk gerimis teman menulisku, aku ingin menceritakan sebuah kisah padamu. Tentang seorang gadis dengan segala resah di hatinya. Menyimpan sebuah ragu akan jalan yang ditempuhnya. Gadis itu adalah aku, yang kini tengah dirundung pilu. Hanya bisa menuliskan curahan hati pada sebuah buku. Lembar demi lembar ku tuliskan sebuah cerita tentang kerasnya hidup di kota, tentang perjuangan meraih cita-cita. Tak lupa ku tulis sebait doa untuk jiwa-jiwa yang begitu setia mengorbankan segalanya “Ayah, Ibu, aku berdoa semoga kalian baik-baik saja, selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa, dilancarkan segala urusan dan selalu diberi kesehatan.”

Di dalam bilik sempit ini aku mengukir rindu, rinduku pada bocah cilik bermata sendu, rinduku pada hangat peluk Ayah dan Ibu, rinduku pada kokok ayam di pagi hari, rinduku untuk kembali. Telah ku torehkan begitu banyak kenangan, telah ku rangkai dengan indah sebuah cerita, telah ku jatuhkan hatiku pada kampung halamanku. Desa yang asri dengan udara sejuk dan ramah penduduk. Desa kecil yang mengajariku banyak hal akan arti persahabatan, persaudaraan, dan makna sebuah kehidupan.

Desaku, sejauh mata memandang selalu datang gambar-gambar samar dalam ingatan. Saksi bisu perjuangan gadis cilik yang mencoba membawa mimpi-mipinya terbang, dan benar saja sebuah mimpi membawaku berlari ke kota ini. Terasingkan dan kesepian. Hanya sebuah tekad sebagai teman. Entah berapa banyak air mata yang telah ku titihkan, demi sebuah cerita indah di hari kepulangan. Aku menyadari banyak harapan yang menantiku di sana. Ada yang tak berhenti berjuang dan berdoa. Dalam malam-malam sunyi ia bersimpuh memohon yang terbaik untuk anak gadisnya. Andai ku bisa ingin ku percepat perputaran waktu. Tak ingin aku melewati masa ini. Tapi aku sadar, sukses adalah sebuah proses panjang dengan tak sedikit perjuangan, jadi aku harus menerimanya dengan hati yang lapang.

Kota memang menawarkanku begitu banyak kemudahan, memberiku begitu banyak pengalaman. Mengenalkanku pada sebuah kata, yaitu kemewahan. Meski demikian, hatiku tak pernah pergi dari kampung halaman. Di sana menyimpan sejuta kenangan. Aku ingin pulang, menyapa kembali mentari jingga menjelang petang dan menikmati gerimis dengan tenang. Menjadi anak desa bukanlah suatu kehinaan tapi justru sebuah hadiah indah yang Tuhan berikan. Dengan segala keindahan alam yang menawan, menjadikannya tempat yang begitu nyaman. Sungai, sawah dan ladang sebagai teman sepanjang perjalanan. Setiap sudutnya memberiku begitu banyak pelajaran, mengajariku arti kesederhanaan dan kesahajaan.

Bukan aku tak menyukai kota, hanya saja aku sudah terlanjur jatuh hati pada desa. Ku kirimkan salam terhangat untuk desaku yang ku rindukan, tunggulah daku pulang membawa sebuah kesuksesan.

"Karena rindu bekerja dalam diam, ketika turun hujan, ketika senja datang, dan ketika mata ini hendak terpejam. Biarlah rindu ini menemani setiap doa dan harapan yang ku panjatkan. Hanya satu inginku, aku ingin pulang."



Ditulis Agustus 2017 di  kamar kos ukuran 3x3 m Wisma Annisa 🤭

Pernah dipublikasikan di https://www.hipwee.com/narasi/salam-hangat-untuk-desaku-dan-segala-kenangan-manis-pemanggil-rindu/


Continue reading Salam Hangat Untuk Desaku dan Segala Kenangan Manis Pemanggil Rindu

"Puisi Malam Kamis"

Foto diambil di alun-alun selatan Yogyakarta, sore hari menjelang adzan maghrib


Kala itu seusai hujan gerimis,

Kujumpai sesosok gadis tersenyum tipis,

Ia adalah sahabatku, seseorang dengan pribadi humoris,

Namun agaknya ia tengah menangis,

Ah,

Kurangkul dan kuajaknya menikmati senja yang begitu romantis,

Semoga kau terhibur duhai gadis manis,

Dan jadilah ini 'puisi malam Kamis'.


Yogyakarta, 11 Januari 2017



Continue reading "Puisi Malam Kamis"

"Seperti Lampu Taman yang Dikerubungi Laron"

Sumber gambar: indozone.id

 Seperti Lampu Taman yang Dikerubungi Laron

Aku sedang tidak berada di persimpangan jalan,

ujung jalan,

sudut kota,

ataupun batas kota

Aku sedang tidak berada diujung malam,

ujung senja

ataupun dipenghujung hari

Aku berada pada kenyataanku

Aku berada pada keadaan sadarku

Aku melihat kamu

Seperti lampu taman yang dikerubungi laron

Langkahku tertarik mundur

Perlahan

Selangkah demi selangkah

Sampai pada jalan buntu bertembok yang dibalut kawat tajam

Terpaksa aku melangkah balik kedepan

Keterpaksaan yang agak menyenangkan

Juga agak mendebarkan

Aku masih melihat kamu

Kini seperti perpaduan aroma kopi, genjringan gitar serta obrolan ringan.

Lengkap dan nyaris sempurna

Lalu bagaimana kamu melihat aku?

Eh, apa mungkin kamu melihat aku ?

Aku, laron yang tidak mampu mendekati lampu taman itu.


Purbalingga, 4 Maret 2021

Continue reading "Seperti Lampu Taman yang Dikerubungi Laron"

"Mahasiswa"

Sumber gambar: itjen.kemdikbud.go.id


Mahasiswa

Ada kata maha didepan kata siswa

Orang-orang bilang merekalah agen perubahan bangsa

Darahnya, darah juang katanya

Berjuang untuk sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Tapi tak sedikit yang tutup mata

Tak peduli rakyat diluar sana

Mati kelaparan dan dirampas haknya

Yang penting aku bahagia, lulus dengan nilai sempurna

Terserah mau dibilang apa

Apatis atau apapun itu

        Tapi tenang

        Setidaknya masih banyak juga yang peduli

        Tiap malam menggelar diskusi, merundingkan sebuah aksi

        Membela rakyat yang tertindas, meneriakan suaranya dengan keras

        Orang-orang menyebut mereka aktivis

        Tapi aku ragu

        Aktivis atau hanya pragmatis ?

        Mencari keuntungan berkedok perjuangan

        Idealisme tai kucing

        Kau telan lalu hilang setelah kau kencing

Tak ada bedanya

Apatis ataupun aktivis pragmatis

Rakyat sama saja tak terbantu

Persoalan-persoalan terus menemui jalan buntu

Karena agen perubahan kita sudah menjadi abu

Tan malaka pernah berkata "Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda"

Namun kini, itu hanyalah dongeng belaka

Atau masih ingatkah dengan ucapan Bung Karno "Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia"

Tapi maaf bung, sepertinya itu sulit untuk era sekarang

Pemuda kita terlalu asik bersenang-senang hingga lupa berjuang

        Persetan

        Akupun mahasiswa, dan aku malu mengakuinya

        Jika ditanya apa jasaku untuk bangsa ?

        Jawabku sederhana, belum ada

        Dasar tak bergina


Yogyakarta, 15 April 2019 

Continue reading "Mahasiswa"